Situs Megalith Gunung Padang Cianjur Akhirnya di Ekskavasi

Megalith Padang Hills Gunung Padang West Java Indonesia

Gunung Padang Cianjur Mulai di Ekskavasi

Ekskavasi atau penggalian Gunung Padang di Cianjur dimulai. Ekskavasi ini diinisiasi oleh Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam, Andi Arief. Namun sebelumnya, sejumlah aktivis melancarkan petisi terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas rencana  ekskavasi massal situs megalitikum Gunung Padang di Desa Campaka, Cianjur, Jawa Barat.
*
Type of research : Geology & Archeology
Search research : The Indonesian Megaliths
Location : Cianjur region, West Java Province.
Sub Location : Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka.
Village : Antara Dusun Gunungpadang & Panggulan.
Coordinate : 6°59’36.9035”S – 107°3’22.6264”E
Dinamakan Gunung Padang, berdasarkan kata “padang” berasal dari beberapa suku kata, yaitu :
-Pa = Tempat
-Da = Besar/gede/agung/raya
-Hyang =Eyang/moyang/biyang/leluhur agung
Jadi arti kata “Padang” itu adalah Tempat Agung para Leluhur atau boleh jadi maknanya Tempat para Leluhur Agung.

Diawali Petisi Perlindungan Gunung Padang Oleh Warga
Dalam petisi yang dipublikasikan Change.org ini, Forum Pelestari Gunung Padang menyatakan Gunung Padang adalah bangunan megalitik terbesar di Asia Tenggara. Situs ini  memiliki nilai penting sebagai bukti peradaban umat manusia. Sebagai situs yang menjadi perhatian internasional, sudah seharusnya situs ini dilindungi dari kemungkinan terjadinya kerusakan permanen.
Namun, Gunung Padang justru terancam dengan rencana ekskavasi besar-besaran menggunakan tenaga yang tidak terlatih. “Ini berpotensi menghilangkan data arkeologi yang tidak dapat dipulihkan kembali,” tulis keterangan itu seperti tertuang pada hari Senin, 29 April 2013.
Menurut Forum ini ekskavasi yang dipimpin Tim Riset Terpadu Mandiri Gunung Padang ini dilaksanakan tanpa mengikuti kaidah-kaidah keilmuan, wawasan pelestarian, dan ketentuan administrasi sesuai izin yang dikeluarkan. Tim ini juga berencana melibatkan ratusan masyarakat awam sebagai relawan untuk mendukung kegiatan yang mereka sebut “Operasi Kemuliaan Merah Putih di Gunung Padang”.
Ketua Tim Arkeologi yang merupakan bagian dari Tim Terpadu Penelitian Mandiri Dr Ali Akbar menyatakan, sebaiknya mereka tak perlu menyerang. Mereka bisa bergabung dan memajukan penelitian ini. “Tidak membuat tindakan kontraproduktif,” kata Ali Akbar.
Bila memang ekskavasi ini tidak sesuai dengan kaidah keilmuan, Ali meminta mereka menunjukkan mana yang tidak sesuai kaidah. “Begitu juga kalau ada yang melanggar aturan, juga yang mana?” Ali menggarisbawahi bahwa para relawan ini nantinya tidak ikut mengekskavasi. Yang mengekskavasi tetap para arkeolog. Mereka akan di data sesuai bidang masing-masing.
Sebelumnya tim ini membuka pendaftaran ratusan sukarelawan untuk melakukan ekskavasi situs megalitikum itu. Tim membuka pendaftaran relawan 23 hingga 28 April 2013 lalu. “Eskavasi yang melibatkan masyarakat ini akan dinamakan Ekskavasi Kemuliaan Merah Putih,” kata Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam Andi Arief yang menginisiasi pembentukan tim riset Gunung Padang.
Andi Arief menjelaskan, peneliti tim terpadu ini telah mengidentifikasi kemungkinan adanya peninggalan purbakala yang terpendam di dalam tanah. Selama ini sudah dilakukan ekskavasi lokal yang dilakukan tim yang terdiri dari ketua tim, peneliti, asisten peneliti, tenaga lokal. Tenaga lokal bekerja dengan biaya yang ditanggung oleh tim.
“Karena tim tidak mampu membiayai tenaga lokal dalam jumlah besar – padahal situs yang akan diteliti luas sekali – maka dibuka sukarelawan yang bekerja secara sukarela. Jika tim punya dana yang besar, maka dapat merekrut tenaga lokal dalam jumlah yang banyak,” kata Andi Arief.
Untuk diketahui, hanya empat perguruan  tinggi di Indonesia yang memiliki jurusan arkeologi, yakni Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Udayana dan Universitas Hasanuddin. Selain arkeolog, tim juga membutuhkan sukarelawan lain sampai 500 orang yang diharapkan dari TNI, Polri, budayawan, masyarakat lokal dan aktivis lingkungan hidup.

11.500 Tahun Lalu, Nenek Moyang Kita Sudah Mengenal Teknologi Metalurgi
Pada bulan Maret 2013 lalu, tim arkeologi yang dipimpin DR Ali Akbar menemukan dua hal yang cukup mengagetkan di lokasi  situs Gunung Padang.
Kedua hal mengagetkan yang ditemukan di situs megalithikum Gunung Padang tersebut adalah:-
Ditemukannya logam, tim menemukan logam berukuran panjang 10 cm, berkarat, di lereng timur berkedalaman 1 meter.
Ditemukannya semen, tim juga menemukan semen atau perekat purba di sambungan antarbatu, juga di lereng timur.
Menindaklanjuti temuan logam tersebut, tim arkeologi mengecek kandungannya ke labaratorium Metalurgi dan Mineral Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
“Kalau melihat komposisinya, yang dominan adalah “Fe” (Ferrum/Besi) dan “O” (Oksigen), dan juga masih ada Silika dan Alumunium plus Carbon, serta bentuknya seperti ada rongga-rongga kecil di sekujur materialnya, kemungkinan besar itu adalah slug atau logam,” kata DR Andang Bachtiar, anggota tim geologi riset mandiri Gunung Padang, dalam keterangannya pada 29 Maret 2013.

Logam purba yang ditemukan di situs Gunung Padang.
Logam purba yang ditemukan di situs Gunung Padang.

Hasil pembakaran hancuran batuan untuk mengkonsentrasikan metalnya, terlihat masih tercampur dengan Clinkers (carbon), alias bahan pembakarnya. Temuan carbon tersebut bisa dari kayu, batubara atau minyak bumi.
Andang menjelaskan, rongga-rongga yang ada di sekujur material menandakan ketika proses pembakaran itu terjadi pelepasan-pelepasan gas, seperti CO2 dan semacamnya, ke permukaan material.
Berdasarkan hipotesis, besar kemungkinan sudah ada proses pembakaran hancuran batu dengan temperatur tinggi,  proses pemurnian pembuatan logam, pada waktu yang terkait dengan lapisan pembawa artefak tersebut.
“Hal ini sekaligus menjawab dugaan temuan semen purba beberapa waktu lalu. Semen purba yang ditemukan mampu mengikat batu-batu itu, yang juga punya kadar besi tinggi,” ungkap Andang.
Kajian lebih lanjut atas temuan menarik logam dan semen purba ini.
Teknologi metalurgi, tentang kemungkinan adanya upaya pemurnian logam, atau teknologi metalurgi di jaman purba itu.
Teknik pembakaran di tempat yang berbeda, apakah pembakaran dilakukan di tempat lain.
“Jadi ini adalah sebuah hipotesa yang harus dicari jawabannya melalui riset ini,” tegas Andang. Sebagai tambahan, bahwa temuan semen purba juga ditemukan saat tim geologi melakukan pengeboran di Teras-2 dan Teras-5, sekitar Februari 2011 silam, di mana semen purba diperkirakan berusia minimal 11.500 tahun yang lalu.
Unsur-unsur apa sajakah yang ada? Apakah ada kesamaan?  Tim masih harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk memastikan dugaan kuat bahwa leluhur kita sudah mengenal teknologi metalurgi sebelum 11.500 tahun yang lalu.

teras gunung padang cianjur

Populasi Manusia Purba Terbesar Ada di Gunung Padang
Tim Terpadu Riset Mandiri yang telah melakukan penelitian di situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, sejak Mei 2012 tersebut, kembali mendapati adanya temuan penting. Berdasarkan penggalian di lereng timur situs megalitikum Gunung Padang, Tim meyakini, pada 4500 SM masyarakat sekitar situs penuh peradaban.
“Ini peradaban kedua dan berbeda dari yang tampak di permukaan bangunan. Dari eskavasi lanjutan dengan kolom 3×9 meter, tim menemukan banyak temuan yang meyakinkan adanya peradaban bernilai tinggi dengan struktur masyarakat yang sudah solid,” kata Ali Akbar, ketua Tim Arkeolog yang terlibat dalam eskavasi di lokasi, Minggu 31 Maret 2013 lalu.
Dalam kolom eskavasi, dia menjelaskan, terlihat susunan menhir atau columnar joint dengan ukuran antara 1-2 meter. Itu semua tersusun rapi dan direkatkan oleh semacam semen purba.
Columnar joint di dasar ini lebih besar dan panjang dibandingkan yang tampak di permukaan. Selain itu, tertata di atas lima teras yang terlihat saat ini,” kata dia.

gambar-teras-1-di-situs-gunung-padang-cianjur 01 

Dari fakta itu, tim menyimpulkan, ketika masyarakat membuat situs tersebut telah ada populasi manusia dengan jumlah besar dan mempunyai struktur sosial. “Columnar joint pada eskavasi yang kami temukan kali ini lebih besar dibanding yang di permukaan. Untuk mengangkat dan menyusunnya butuh 5-6 orang,” ujarnya.
Dengan luas Gunung Padang yang diperkirakan lebih luas dari Borobudur, pastinya dibutuhkan banyak tenaga manusia. “Ini yang meyakinkan kami ada populasi manusia purba dengan jumlah besar di kawasan tersebut pada waktu itu,” katanya.

gunung padang satelit 

Selain populasi manusia yang besar, dipastikan sudah ada struktur sosial yang jelas di masanya. “Tidak mungkin untuk mengangkat dan menyusun batuan hingga menjadi sebuah konstruksi tanpa adanya komunikasi dan kepentingan,” jelas dia.
Artinya, masyarakat kala itu sudah memiliki kemampuan dalam menyediakan pasokan makanan dan minuman sebagai kebutuhan.
Ia menambahkan, yang lebih menguatkan adalah adanya berbagai temuan pendukung budaya maju seperti pemanfaatan logam. “Laporan hasil penelitian ini akan dilaporkan dulu ke Tim. Setelah itu dilaporkan ke Presiden, dan akan dilanjutkan kembali penelitiannya,” ujar Ali.

Gunung Padang, Mahakarya Peradaban yang Hilang
Oleh: Dr. Danny H. Natawidjaja, Koordinator Tim Peneliti Mandiri Terpadu Gunung Padang
dr_danny_hilman_natawidjaja 

Pada Maret 2013 lalu saat Tim Peneliti Mandiri Terpadu  kembali menggelar survei lagi di Gunung Padang.
Kali ini tim melakukan penggalian arkeologi dan survei geolistrik detil di sekitar penggalian lereng timur bukit, di luar pagar situs cagar budaya. Tim arkeologi dipimpin DR. Ali Akbar dari Universitas Indonesia.
Tim itu menemukan bukti yang mengkonfirmasi hipotesa, bahwa di bawah tanah Gunung Padang ada struktur bangunan buatan manusia yang terdiri dari susunan batu kolom andesit, sama seperti struktur teras batu yang sudah tersingkap, dan dijadikan situs budaya di atas bukit.
Terlihat di kotak gali permukaan fitur,  susunan batu kolom andesit ini sudah tertimbun lapisan tanah setebal setengah sampai dua meter yang bercampur bongkahan pecahan batu kolom andesit (Gambar dibawah).

mahakarya-arsitektur-purba-situs-gunung-padang 

Batu-batu kolom andesit disusun dengan posisi mendekati horisontal dengan arah memanjang  hampir barat-timur (sekitar 70 derajat dari utara ke timur – N 70 E), sama dengan arah susunan batu kolom di dinding  timur-barat teras satu, dan undak lereng terjal yang menghubungkan teras satu dengan teras dua.
Dari posisi horisontal batu-batu kolom andesit dan arah lapisannya, dapat disimpulkan dengan pasti, bahwa  batu-batu kolom atau “columnar joints” ini bukan dalam kondisi alamiah.
Batu-batu kolom hasil pendinginan dan pelapukan batuan lava/intrusi vulkanis di alam maka arah memanjang kolomnya akan tegak lurus terhadap arah lapisan atau aliran seperti ditemukan di banyak tempat di dunia. Kenampakan susunan batu-kolom yang terkuak di kotak gali memang terlihat luarbiasa rapi seperti layaknya kondisi alami saja (contoh gambar dibawah).

Giant Causeway, Ireland 

Sehingga tidak heran apabila di akhir 2012 lalu ada tim arkeolog lain bekerja terpisah, dan sudah ikut menggali di sini menyimpulkan batu-batu kolom andesit di bawah tanah ini merupakan sumber batuan alamiahnya.
Mungkin karena mereka belum mempertimbangkan aspek geologinya dengan lengkap, dan juga tidak mengetahui data struktur bawah permukaan seperti diperlihatkan oleh hasil survei geolistrik.
Semen purba

Yang lebih mengejutkan adalah ditemukannya material pengisi diantara batu-batu kolom ini.  Bahkan diantaranya ada batu kolom yang sudah pecah berkeping-keping, namun ditata dan disatukan lagi oleh material pengisi, atau kita sebut saja sebagai semen purba (lihat gambar dibawah).

mahakarya-arsitektur-purba-situs-gunung-padang 2 

Makin ke bawah kotak gali, semen purba ini terlihat makin banyak, dan merata setebal 2 sentimeteran di antara batu-batu kolom.  Selain di kotak gali, semen purba ini juga sudah ditemukan pada tebing undak antara teras satu dan dua, dan juga pada sampel inti bor dari kedalaman 1 sampai 15 meter dari pemboran yang dilakukan oleh tim pada tahun  2012 lalu di atas situs (Lihat gambar dibawah) (Lihat juga video: Borehole hasil pengeboran dan juga uji frakture dan akustik dari barehole)

mahakarya-arsitektur-purba-situs-gunung-padang 3 

Ahli geologi tim dan juga pembina pusat Ikatan Ahli Geologi Indonesia pusat,  DR. Andang Bachtiar,  berdasarkan hasil analisis kimia yang dilakukannya pada sampel semen purba dari undak terjal teras satu ke dua, menemukan fakta lebih mengejutkan lagi.
Ternyata material semen ini mempunyai komposisi utama 45% mineral besi dan 41% mineral silika.  Sisanya adalah 14% mineral lempung, dan juga terdapat unsur karbon.  Ini adalah komposisi bagus untuk semen  perekat yang sangat kuat.
Barangkali ia menggabungkan konsep membuat resin, atau perekat modern dari bahan baku utama silika, dan penggunaan konsentrasi unsur besi yang menjadi penguat bata merah.
Tingginya kandungan silika mengindikasikan semen ini bukan hasil pelapukan dari batuan kolom andesit di sekelilingnya yang miskin silika.
Kemudian, kadar besi di alam, bahkan di batuan yang ada di pertambangan mineral bijih sekalipun umumnya tak lebih dari 5% kandungan besinya, sehingga kadar besi “semen Gunung Padang” ini berlipat kali lebih tinggi dari kondisi alamiah.
Oleh karena itu dapat disimpulkan material diantara batu-batu kolom andesit ini adalah adonan semen buatan manusia.  Artinya, teknologi masa itu kelihatannya sudah mengenal metalurgi.
Andang menjelaskan, bahwa satu teknik umum untuk mendapatkan konsentrasi tinggi besi adalah dengan melakukan proses pembakaran dari hancuran bebatuan dengan suhu sangat tinggi.  Mirip pembuatan bata merah, yaitu membakar lempung kaolinit dan illit  untuk menghasilkan konsentrasi besi tinggi pada bata tersebut.

Metalurgi Purba 23.000 Tahun Sebelum Masehi?

Indikasi adanya teknologi metalurgi purba ini diperkuat lagi oleh temuan segumpal material seperti logam sebesar 10 sentimeter oleh tim Ali Akbar pada kedalaman 1 meter di lereng timur Gunung Padang.  Material logam berkarat ini mempunyai permukaan kasar berongga-rongga kecil dipermukaannya.
Diduga  material ini adalah adonan logam sisa pembakaran (“slug”) yang masih bercampur dengan material karbon yang menjadi bahan pembakarnya, bisa dari kayu, batu bara atau lainnya.  Rongga-rongga itu kemungkinan terjadi akibat pelepasan gas CO2 ketika pembakaran.  Tim akan melakukan analisa lab lebih lanjut untuk meneliti hal ini.
Yang tidak kalah mencengangkan adalah perkiraan umur dari semen purba ini.  Hasil analisis radiometrik dari kandungan unsur karbonnya pada beberapa sampel semen di bor inti dari kedalaman 5 – 15 meter yang dilakukan pada 2012 di laboratorium bergengsi BETALAB,  Miami, USA pada pertengahan 2012 menunjukan umur dengan kisaran antara 13.000 sampai 23.000 tahun lalu.

gunung padang semen 

Kemudian, hasil carbon dating dari lapisan tanah yang menutupi susunan batu kolom andesit di kedalaman 3-4 meter di Teras 5 menunjukkan umur sekitar 8700 tahun lalu.
Sebelumnya hasil carbon dating yang dilakukan di laboratorium BATAN  dari pasir dominan kuarsa yang mengisi rongga di antara kolom-kolom andesit di kedalaman 8-10 meter di bawah Teras lima, juga menunjukkan kisaran umur sama yaitu sekitar 13.000 tahun lalu.
Fakta itu sangat kontroversial karena pengetahuan mainstream sekarang belum mengenal atau mengakui ada peradaban (tinggi) pada masa se-purba ini, di manapun di dunia, apalagi di nusantara yang konon masa pra-sejarahnya banyak diyakini masih primitif walaupun alamnya luar biasa indah dan kaya.
Sementara di wilayah tandus gurun pasir Mesir orang bisa membuat bangunan piramida yang sangat luarbiasa itu.  Tapi fakta di Gunung Padang berbicara lain.  Rasanya bukan mustahil lagi bangsa Nusantara mempunyai peradaban yang semaju peradaban Mesir purba, bahkan pada masa yang jauh lebih tua lagi.
Struktur bangunan dari susunan batu-batu kolom berdiameter sampai 50 cm dengan panjang bisa lebih dari 1 meter ini sudah sangat spektakuler karena bagaimanakah masyarakat purbakala dapat menyusun batu-batu besar yang sangat berat ini demikian rapi dan disemen pula oleh adonan material yang istimewa.
Selanjutnya survei geolistrik yang dilakukan di sekitar lokasi pengalian oleh tim geologi/geofisika dari LabEarth LIPI, menguak fakta yang tidak kalah fantastis dari fitur bangunan purba di bawah  permukaan ini.
Survei terbaru ini adalah survei pendetilan sebagai lanjutan dari puluhan lintasan survei geolistrik 2-D, 3-D dan survei georadar yang sudah dilakukan pada tahun 2011, 2012 dan awal 2013 di sekujur badan Gunung Padang, dari kaki sampai puncak bukit.
Hasil survei geolistrik memperlihatkan bahwa lapisan susunan batu kolom yang terlihat di kotak gali keberadaannya dapat diikuti terus sampai ke atas bersatu di bawah badan situs Gunung Padang di atas bukit, dan juga melebar sampai jauh ke kaki bukit (Gambar dibawah).

mahakarya-arsitektur-purba-situs-gunung-padang 01 

Teka-teki batuan lava

Fakta ini mendukung hasil penelitian ahli arsitektur Pon Purajatniko,  anggota tim terpadu yang juga pernah menjabat Ketua Ikatan Ahli Arsitektur Jawa Barat, yang pertama kali melontarkan gagasan tentang  struktur teras-teras Gunung Padang mirip situs Michu Pichu di Peru.
Sampai saat ini penggalian dilakukan baru sampai kedalaman 4 meteran saja, namun survei geolistrik memperlihatkan di bawahnya masih ada kenampakan struktur bangunan dengan geometri yang terlihat menakjubkan sampai kedalaman lebih dari 10 meter.
Hasil survei geolistrik, dan georadar juga sudah dapat memperlihatkan struktur (geologi) bawah permukaan yang membentuk morfologi bukit Gunung Padang adalah lapisan batuan dengan ketebalan 30-50 meter yang mempunyai nilai tahanan listrik (resistivitas) sangat tinggi (ribuan Ohm-Meter) berbentuk seperti lidah dengan posisi hampir horisontal, selaras dengan bukit memanjang utara-selatan, dan miring landai ke arah utara.  Jadi selaras juga dengan undak-undak teras yang dibangun di atasnya.
Lapisan batu berbentuk seperli lidah ini  juga mempunyai bidang miring yang rata ke arah barat dan timur bukit selaras dengan kemiringan lerengnya.  Lapisan lava ini berada pada kedalaman lebih dari 10 meter di bawah permukaan.
Dari data pemboran yang dilakukan oleh DR. Andang Bachtiar dan juga analisis mikroskopik batuan dari sampel inti bor yang dilakukan oleh DR. Andri Subandrio, ahli geologi batuan gunung api dari Lab. Petrologi  ITB, dapat dipastikan tubuh batuan dengan resistivitas tinggi ini adalah batuan lava andesit, sama seperti tipe batu kolom dari situs Gunung Padang.

gunung padang terasering 

Hal lain cukup menarik dari analisa petrologi adalah temuan banyaknya retakan-retakan mikroskopik pada sayatan tipis batu kolom andesit yang diduga non-alamiah.  Soalnya, retakan itu memotong kristal-kristal mineral penyusunnya.
Dari banyak penampang geolistrik, terlihat lidah lava andesit ini mempunyai leher intrusi (sumber terobosan batuan vulkanis dari bawah) berlokasi di area lereng selatan dari situs Gunung Padang.
Jadi setelah cairan panas intrusi magma mencapai permukaan kemudian mengalir ke utara, dan setelah mendingin membentuk lidah lava tersebut.  Yang masih menjadi teka-teki besar adalah apakah tubuh batuan lava di perut Gunung Padang ini adalah sumber dari batu-batu kolom andesit yang dipakai untuk menyusun situs?
Boleh jadi benar. Sampai saat ini tidak ditemukan ada sumber batuan kolom andesit dalam radius beberapa kilometer dari Gunung Padang.  Masalahnya tidak ada bekas-bekas penambangan, atau lapisan lava yang tersingkap di area Gunung Padang.
Jadi, apabila orang berhipotesa bahwa sumber batuannya dari dalam bukit, maka mau tidak mau harus juga mengasumsikan dulunya lapisan lava itu pernah tersingkap, atau ditambang oleh manusia purba, kemudian baru batu-batu kolom yang sudah diambil lalu disusun-ulang untuk menutupi sekujur badan lava menjadi satu mahakarya monumen arsitektur besar yang luarbiasa.
Perlu juga dicatat bahwa mengekstraksi batu-batu kolom andesit dari batuan induknya bukanlah hal mudah.  Ia harus dapat memisahkan batu-batu besar dan berat tersebut dengan utuh dari batuan induknya dalam jumlah sangat besar.
Berbeda dengan penambangan batuan biasa yang tidak perlu kuatir dengan batu yang pecah, misalnya dengan peledakan dinamit.  Yang jelas untuk abad sekarang atau ratusan tahun ke belakang di dunia ini tak pernah ada penambangan batu-batu kolom andesit untuk dipakai sebagai bata bangunan.

Batu menhir Gunung Padang Cianjur tengah diteliti
Batu menhir Gunung Padang Cianjur tengah diteliti

Lebih dahsyat dari Borobudur?

Penelitian di Gunung Padang belum selesai.  Tim Mandiri Terpadu , walaupun tanpa dibantu dana negara, akan terus bekerja keras meneliti banyak misteri besar yang masih belum terkuak.  Termasuk melakukan pemboran, atau eskavasi dalam untuk membuktikan dengan lebih gamblang keberadaan struktur bangunan dan ruang-ruang di bawah kedalaman 4-5 meter.
Demikian juga pentarikhan umur situs. Walaupun sudah dilakukan dengan teliti dan hati-hati, masih perlu dicek ulang dengan sampel-sampel yang lebih baik lagi, karena umur ini hal yang sangat vital untuk kesimpulan akhirnya nanti.
Tim juga menduga situs Gunung Padang kemungkinan besar tidak dibangun dalam satu masa, tapi produk lebih dari satu lapis kebudayaan.  Misalnya, yang membuat batu-batu kolom menjadi menhir-menhir,  belum tentu sama dengan masyarakat yang membuat susunan batu-batu kolom dengan semen purba.  Demikian juga bangunan susunan batu kolom andesit di permukaan, atau yang sudah tertimbun beberapa meter di bawah,  belum tentu dibangun satu masa dengan struktur bangunan di bawahnya lagi.

skema gunung padang cianjur

Penelitian ala Tim Mandiri Terpadu memperlihatkan bahwa bahu membahu yang erat dari berbagai disiplin ilmu dengan metoda penelitian saling mengisi sangat diperlukan untuk menguak warisan kebudayaan nusantara.  Masalah Gunung Padang tidak bisa lagi dikesampingkan.  Walaupun masih banyak pertanyaan belum terjawab, dan analisa yang belum tuntas, hasil-hasil penelitian yang sudah ada memberikan banyak informasi penting.
Juga ada harapan situs Gunung Padang berpotensi setara Borobudur, dengan makna yang penting karena dapat menjadi terobosan pengetahuan tentang “the craddle of civilizations” pada abad ini. Ia  bisa menjadi bukti monumen besar dari peradaban adijaya tertua di dunia, yang entah karena bencana apa, musnah ribuan tahun lalu dalam masa pra-sejarah Indonesia. Wallahua alam. (Dr. Danny H. Natawidjaja, Koordinator Tim Peneliti Mandiri Terpadu Gunung Padang)

Empat Mata Air di Gunung Padang Mulai Diteliti
Banyak misteri besar yang belum terkuak dari situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat. Ada harapan situs ini berpotensi setara dengan Borobudur dan bisa menjadi bukti monumen besar dari peradaban adijaya tertua di dunia.
Selain tumpukan batu kuno di areal situs Gunung Padang, tempat lain yang menjadi pusat perhatian adalah  “air Cikahuripan” yang berada persis di bawah  dekat  tangga naik situs tersebut.
Air ini menjadi salah satu magnet datangnya para pengunjung. Berbagai spekulasi tentang mitos bahwa air Cikahuripan ini mengandung khasiat tertentu untuk pengobatan dan kekuatan juga mulai muncul.
Tidak diketahui kapan munculnya. Sampai saat ini cerita air Cikahuripan yang berkhasiat melekat kuat. Setiap pengunjung selalu menyempatkan diri membasuh muka mereka dengan air itu. Bahkan, tidak sedikit yang membawa pulang dalam botol air mineal.

Sumur Cikahuripan di Gunung Padang
Sumur Cikahuripan di Gunung Padang

Berkaitan dengan hal itu, tim terpadu riset mandiri selain fokus pada rencana eskavasi bertahap, juga menerjunkan tim untuk meneliti  intensif  mata air yang ada di sekitar Gunung Padang.
Sampai saat ini, setidaknya telah ditemukan tiga sumber mata air lain selain air Cikahuripan di sekitar situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat.
Menurut temuan DR Ali Akbar, ada empat sumber air:
Sumber air pertama, yang ditemukan adalah mata air utara yang berada di tangga naik yang  sudah diketahui umum atau biasa disebut Cikahuripan.
Sumber air kedua, adalah mata air timur yang berada dekat jalan desa di timur. Mata air itu masih digunakan warga untuk sumber air dan ada  penampungan air.
Sumber air ketiga, mata air selatan yang berada di dekat mushala yang didirikan juru pelihara situs. Tempatnya berada di tengah sawah.
Sumber air keempat, mata air yang ada di sebelah barat.

Menurutnya, para pengunjung selama ini hanya mengetahui lokasi yang pertama. Sehingga tiga tempat lainnya belum menjadi pusat perhatian. Namun juru pelihara Gunung Padang mengetahui persis ketiga mata air ini.
“Bahkan dari cerita yang berkembang, masih ada tiga mata air lagi yang sampai saat ini belum bisa teridentifikasi oleh tim dan masih butuh penelaahan lebih lanjut,” katanya lagi.
Ditambahkan DR Ali Akbar, tujuan riset mata air adalah selain untuk kalibrasi data geolistrik juga untuk memahami kemungkinan adanya hubungan antara mata air itu dengan man made stucture yang sudah ditemukan di bawah permukaan situs Gunung Padang.

Sumur Cikahuripan di Gunung Padang
Sumur Cikahuripan di Gunung Padang

Tim riset air yang terdiri dari DR Boediarto Ontowirjo dan IR Juniardi, juga ingin mengetahui apakah benar hipotesa bahwa ada  teknologi pemurnian air yang dibangun bersamaan dengan dengan pembangunan struktur bawah permukaan  Gunung Padang Cianjur.
“Mata air yang ditemukan berkarakteristik air artesis sumur dalam. Sampel  air rencananya  akan diteliti lebih lanjut  di laboratorium IPB yang mempunyai sertifikasi pengujian air kemasan yang berstandar internasional,” katanya.
Selain itu, ada dugaan mata air ini bagian dari teknologi yang berhubungan dengan bangunan maha karya agung. Diharapkan hasil riset nanti juga untuk melihat kecenderungan antioksidan keempat mata air  dan akan dibandingkan dengan air mineral yang ada di Indonesia maupun air di beberapa negara.
Setahun yang lalu tim katastropik purba juga melakukan riset air dengan tujuan yang sama yang dilakukan di lokasi mata air di Gunung Sadahurip.

Final Research: Riset Final, Gunung Padang Adalah Bangunan Megah!!
Staf Khusus Presiden bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Andi Arief, menyatakan riset geologi dan arkeologi Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, dinyatakan final. Hasil riset membuktikan, ada bangunan megalitikum megah, disertai sejumlah temuan teknologi yang melampaui zamannya.
“Hasil riset Gunung Padang dinyatakan sudah Final dan memenuhi unsur scientific bahwa ada bangunan megah di bawah situs Gunung Padang saat ini dan luasannya jauh lebih besar dari yang selama ini dinyatakan hanya 900 meter persegi,” kata Andi, Selasa 2 April 2013.
Andi yang membentuk Tim Riset Katastrofi Bencana Purba itu menyatakan, hasil riset sumbangsih para ahli ini akan dilaporkan atau diserahkan pada Bupati Cianjur sebagai pemberi izin riset dan ditembuskan ke Presiden, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Riset dan Teknologi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

eskavasi-situs-gunung-padang 

Selanjutnya, kata Andi, dilakukan ekskavasi bertahap terutama agar tampak luar bangunan megah Gunung Padang bisa dipandang dengan jelas. Tim merekomendasikan ekskavasi dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat. Relawan yang akan terlibat bersama TNI dan POLRI di bawah arahan tim arkeologi dan tim arsitektur. Direncanakan ada pendidikan arkeologi publik terlebih dahulu sebelum melakukan ekskavasi di luar situs.
“Keterlibatan masyarakat faktor penting mempercepat terbukanya tampak luar bangunan megah Gunung Padang mahakarya leluhur kita. Kita harus memulai sebuah tradisi bahwa riset yang memiliki konsekuensi besar pada publik harus melibatkan publik seluas-luasnya, agar ada rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang sama,” kata alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada itu.
Andi meyakinkan, tidak terlalu sulit untuk segera melihat tampak luar bangunan Gunung Padang. Ekskavasi yang dilakukan hanya mencabut semak-semak dan sedikit mengikis tanah penutup di beberapa lokasi di luar situs. “Tidak merusak pepohonan, tidak merusak lingkungan,” kata Andi.

Sabtu 1 Juni 2003, Gunung Padang Mulai di Ekskavasi
Tim Riset Mandiri Terpadu Gunung Padang memulai ekskavasi Gunung Padang di Cianjur yang melibatkan arkeolog, sejumlah instansi dan empat perguruan tinggi yang memiliki jurusan arkeologi. Ekskavasi dibuka dengan doa bersama yang digelar pukul 01.00, Sabtu 1 Juni 2013, bertepatan dengan peringatan Hari Lahir Pancasila.
“Bekerja sampai tanggal 14 Juni, mengelupas lapisan tampak luar yang berumur 500 tahun sebelum Masehi,” kata Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial, Andi Arief, Sabtu. Andi merupakan inisiator pembentukan tim riset Gunung Padang ini.
Sebelumnya, Tim sudah melakukan ekskavasi di 13 titik, yang kemudian menghasilkan kesimpulan bahwa ada struktur bangunan kuno terkubur. Namun ekskavasi ini ditutup kembali sesuai kaidah ilmiah. “Maka ekskavasi 14 hari ini membuka apa yang telah dilakukan sebelumnya dengan menambah sedikit areanya,” kata Andi.

tim-arkeologi-melakukan-ekskavasi-di-gunung-padang 

Ekskavasi 1 – 14 Juni 2013 ini dipimpin oleh para arkeolog, unsur TNI/ Polri. Masyarakat dan relawan akan berperan serta mendampingi para arkeolog. Andi menyatakan, tim mandiri dan para arkeolog sudah bersatu dan duduk bersama difasilitasi Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kacung Marijan. “Beberapa perbedaan pendapat sudah ada titik temu. Semua siap bekerja bersama-sama,” kata Andi Arief.
“Setelah tanggal 14 itu, Tim terpadu secara resmi akan menyerahkan ke negara untuk ditindaklanjuti dengan ekskavasi total serta pemugaran,” kata Andi.
Ekskavasi permulaan ini dilakukan setelah Tim Riset Mandiri mempublikasikan sejumlah temuan yang mengafirmasi adanya struktur bangunan terkubur di bawah Gunung Padang.

Ekskavasi untuk Buktikan Cawan di Bawah Gunung Padang
Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam Andi Arief yang menginisiasi Tim Riset Terpadu Mandiri Gunung Padang menyatakan ekskavasi yang dilakukan mulai hari ini untuk membuktikan banyak hal. Salah satunya, tim akan membuktikan keberadaan cawan raksasa di bawah permukaan Gunung Padang.
“Secara bersamaan tim arsitektur dan sipil bekerja sama dengan departemen terkait serta arkeolog spesial kawasan mulai merancang pembangunan kawasan dari mulai parkir sampai zona inti,” kata Andi Arief, Sabtu 1 Juni 2013. “Ahli hidrologi dan sipil serta geolog mengantisipasi saluan air dan pencegahan kemungkinan longsor.”

Gunung Padang Cianjur tengah diteliti
Gunung Padang Cianjur tengah diteliti

Kemudian ahli vegetasi dan ilmu tanah dari IPB juga meneliti khusus di areal itu. “Tim geologi bawah permukaan berkonsentrasi di lapisan usia 11.500  tahun lalu yang di bawah bangunannya akan dibuktikan tentang Chamber, cawan raksasa, serta dugaan teknologi canggih yg tidak pernah kita bayangkan,” kata Andi.
Ekskavasi akan digelar dari hari ini, 1 Juni, sampai 14 Juni 2013 nanti. “Setelah tanggal 14 itu, Tim terpadu secara resmi akan menyerahkan ke negara untuk ditindaklanjuti dengan ekskavasi total serta pemugaran,” kata Andi.
Ekskavasi permulaan ini dilakukan setelah Tim Riset Mandiri mempublikasikan sejumlah temuan yang mengafirmasi adanya struktur bangunan terkubur di bawah Gunung Padang, bersambung…….

(sumber: umi/vivanews / gambar: vivanews / berbagai sumber lain)
Gunung Padang – Sejarah atau Prasejarah?
PART-1 – Penelitian Mandiri Gunung Padang 29 Juli 2012