[Video Old Batavia] Misteri Ruangan Rahasia di Musium Fatahillah Jakarta


Pada tahun 2010 silam sekumpulan seniman Inggris dan Indonesia menemukan sebuah “ruang rahasia” yang menyimpan harta karun terbesar di Kota Tua Jakarta. Inilah pertama kali kisah itu diceritakan. Masuki pintu ini. Ikuti petualangan mereka menemukan Mystery of Batavia!
Paragraf  di atas adalah pembuka website Mystery of Batavia, sebuah program yang diluncurkan oleh British Council bekerja sama dengan para seniman Indonesia dan Inggris. Beberapa kalimat di paragraf tersebut mungkin membuat kita bertanya-tanya. Ruang rahasia? Harta karun?
Gambar gedung Museum Fatahillah saat masih merupakan Balai Kota Batavia, tahun 1770 (wikipedia)
Jika anda berkunjung ke musium Fatahilah yang kian ramai, maka anda akan di pandu oleh para guide yang ada di musium tersebut. Bahkan untuk menuju ruang rahasia yang ada di dalam sana.
Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.
Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn.
Hukuman gantung di depan Musium Fatahillah
Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, kadang para tahanan yang telah dinyatakan bersalah dihukum gantung di depan gedung ini.
Biasanya para kriminal itu di dakwa karena membunuh atau merampok.
Mereka semua dieksekusi di depan umum dengan cara hukuman gantung di depan gedung yang kini telah menjadi musium nasional ini.
Dulu di depan musim ini juga layaknya alun-alun tempat kadang diadakannya acara-acara penting untuk orang-orang Belanda pada zamannnya.
Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.
Lingkungan Sekitar Museum Fatahillah
Pengunjung disuguhkan layaknya “opera klasik” yang sangat baik oleh para seniman disana. Dengan begitu seakan-akan kita tersedot dimensi waktu ke masa saat musium ini masih digunakan sebelum menjadi musium.
Sebelum pengunjung masuk ke dalam kamar yang di atas pintunya terdapat tulisan ‘Van Breukelen’, orang berpakaian ala dementor memberikan satu  benda  berbentuk panjang yang diselimuti kain hitam kepada salah satu pengantri.
Di dalamnya sudah disiapkan pagelaran opera pada masa kolonial Belanda. Kitapun seakan-akan larut ke dalam suguhan cerita yang misterius pada masa dulunya tersebut.
Opera teatrikal di musium Fatahillah
Di dalamnya para pengunjung di ajak untuk melihat sejarah situasi Batavia di era abad 19.  Diceritakan bahwa pada di tahun 1880 Batavia mengalami kehebohan dikarenakan pedang Djacacarta (Jayakarta) hilang!
Hilangnya pedang Jayakarta ini dipercaya masyarakat pada zaman itu dapat mendatangkan malapetaka dan bencana yang dahsyat.
Kota Batavia senantiasa dibanjiri dengan rumor dan legenda. Salah satunya, tentang sekelompok bandit yang mencuri Pedang Pangeran Jayakarta tersebut, sang ‘pedang pelindung kota’.
Sontak, penduduk setempat panik akan kemungkinan terjadinya bencana mengerikan: kota terkubur di bawah lava, kehancuran oleh tsunami, atau di dera wabah penyakit.
Nyonya Victoria Van Breukelen (istri Ruud Van Breukelen), salah satu controleur di era itu adalah yang  ramai memberitakan kabar hilangnya pedang Jayakarta tersebut pada pesta-pesta kaum bangsawan. Victoria juga mengajak jawara untuk memburu pencuri pedang.
Gedung Stadhuis (sekarang: Fatahillah) di awal abad ke-20, masih ada jalur trem ke pusat pemerintahan di kawasan Weltevreden. (wikipedia, courtesy: COLLECTIE TROPENMUSEUM)
Khawatir akan terjadinya kerusuhan, pemerintah kolonial bereaksi dengan cepat dan keras, menangkap dan menahan para tersangka potensial di beberapa wilayah, seperti di China Town dan beberapa kampung.
Situasi yang berbahaya ini pun bertepatan dengan kehadiran sejumlah individu berpengaruh kuat dan berkedudukan tinggi, diantaranya seorang pangeran Jawa, bajak laut Arab, utusan Kerajaan Inggris, dan seorang pedagang Perancis, yang kesemuanya dikabarkan sebagai pemburu Pedang Pangeran Jayakarta, pedang yang akan memberikan kemuliaan dan keberuntungan tanpa batas pada pemiliknya.
Pertumpahan darah pun terjadi di Batavia. Banyak jawara mencari keberadaan pedang Jayakarta. Mereka saling curiga satu sama lain hingga terjadi banyak  pertumpahan darah di Batavia.
Mural di dalam ruangan rahasia musium Fatahillah
Salah satu jawara yang ditakuti pada masa itu adalah Thomas, seorang marsose mantan begal. Thomas dijuluki “Sang Hiu Pemburu” karena keganasannya.
Sekitar 20 menit pertunjukan pun selesai. Sebelum meninggalkan  ruangan pertunjukan, moderator menyampaikan bahwa gambar proyektil  tadi sebenarnya adalah rekaan dari gambar asli yang ada di kamar sebelah.
Kamar sebelah?
Lalu beranjak menuju kamar yang dimaksud. Ternyata inilah kamar rahasia yang membuat kami penasaran.
Di dinding kamar yang cukup luas (sekitar 200m persegi), terdapat mural yang sangat eksotis dan baru tampak setengah jadi. Mural itu menggambarkan Batavia di era 1880-1920, dimana kala itu terjadi pertumpahan darah di Batavia karena hilangnya pedang Jayakarta.
Belum selesai dan terlupakan, segala sesuatu yang kita tahu tentang mural tersebut hanya rumor dan legenda—sampai sekelompok seniman muda dari Inggris dan Indonesia tak sengaja menemukannya kembali pada tahun 2010 lalu. Disinilah kisah Mystery of Batavia dimulai…
Lukisan mural di Musium Nasional Fatahilah karya Harijadi Sumodidjojo
Menurut brosur, mural itu dibuat oleh pelukis Harijadi Sumodidjojo dan S.Sudjojono tahun 1974 atas suruhan Ali Sadikin (Gubernur Jakarta saat itu).
Mural ini tak pernah selesai dikarenakan dinding yang lembab akibat terembes air laut sehingga cat pada mural tak bisa menempel secara utuh.
Bike rides for guests in front of Meseum Fatahillah
Sedangkan kamar rahasia ini sendiri baru ditemukan dan dibuka kembali pada 2010 setelah selama 35 tahun ditutup.
Kamar ini secara tak sengaja ditemukan oleh orang-orang  Indonesia pecinta sejarah (salah satunya Sisco, keturunan langsung dari Thomas Sang Hiu Perkasa).
Setelah itu barulah para sejarawan, penulis, artis dan animator serta aktor teater dari berbagai bangsa mencoba menerjemahkan misteri lukisan dinding yang memotret kehidupan multi etnik Batavia di jaman pemerintahan Belanda tersebut.
A painter was painting the museum Fatahillah building
Siapa yang akan berhasil memilikinya? Dan apa yang akan menimpa kota Batavia jika ‘sang pedang pelindung kota’ dibawa keluar dari Batavia untuk selamanya?
Terinspirasi akan legenda tersebut, sekelompok penulis, animator, seniman komik, desainer game, dan aktor panggung dari Inggris dan Indonesia, berkolaborasi untuk menceritakan kembali legenda kuno kota Batavia tersebut.
Dengan berbasiskan kesuksesan program Video Mapping di Museum Sejarah Jakarta pada 13 Maret 2010 silam, bersama-sama mereka menghasilkan apa yang disebut-sebut oleh para kritikus sebagai sebuah genre baru dalam metode story telling.
The Old City of Batavia (now: Jakarta)
Sebuah kisah thriller detektif multi-budaya, yang mencakup ragam animasi, cerita teater, serial komik, dan bagian permainan fisik seperti Amazing Race yang interaktif, menggabungkan sejarah dengan kreativitas dan teknologi digital, serta Interactive Animated Performance.
Interactive Animated Performance merupakan karya seni yang merupakan perpaduan antara animasi, Video Mapping, dan penampilan khusus oleh Teater Koma, serta permainan interaktif istimewa yaitu The Magic Torch Game yang dilakukan untuk ‘menyelesaikan’ mural karya seni Harijadi. (mysteryofbatavia/wikipedia/berbagai sumber/icc.wp.com)
Batavia Jakarta Tempo Doeloe & Sekarang
Batavia Jakarta 1860-1970
Batavia Jakarta 1910-1915
Batavia Jakarta 1929
Batavia Jakarta 1930-1940
Batavia Jakarta 1939
Colonial Dutch Army In Batavia 1939 (color) 
Batavia Jakarta 1941
Batavia Jakarta 2008-2010
Video Mapping Museum Fatahillah
*****