Bumi pernah punya dua bulan. Satu bulan berukuran kecil dan bulan lain berukuran 3 kali lebih lebar dan 25 kali lebih berat. Hal itu diungkapkan oleh astronom University of California, Erik Aspaugh, dan timnya dalam publikasi di jurnal Nature, Rabu (3/8/2011).
Dua bulan itu bersanding dengan Bumi hingga akhirnya bertabrakan yang disebut “Big Splat” dan terjadi pada 4,4 miliar tahun yang lalu.
Dalam peristiwa itu, bulan yang lebih kecil menabrak bulan yang lebih besar. Saat itu, dua bulan yang konon terbentuk dari planet yang menghantam Bumi 100 juta tahun sebelumnya itu masih berusia muda.
Tabrakan berlangsung dengan kecepatan 8.000 km/jam, benturan ini tergolong lambat secara astronomi.
Saking lambatnya, Erik Aspaugh mengumpamakan, “Orang akan bosan melihatnya sebab dapat memerlukan waktu sekitar kurang-lebih 10 menit bagaikan ibarat kancing untuk bisa terpendam di Bulan.”
Akibat tabrakan lambat, batuan di dua bulan tidak meleleh. Bahkan, tak ada kawah yang tercipta karenanya.
Material dari bulan yang lebih kecil hanya berhamburan di muka bulan yang lebih besar atau Bulan yang kita kenal sekarang.
Aspaugh mengungkapkan, tabrakan dua bulan itu menjelaskan mengapa permukaan Bulan yang jauh dari Bumi lebih berbukit-bukit. Menurut Aspaugh, bukit-bukit itu berasal dari hamburan material hasil tabrakan.
Jay Melosh dari Purdue University yang tak terlibat penelitian ini mengatakan, teori dua bulan ini ramai dibicarakan dalam konferensi NASA membahas proyek robotik ke Bulan di masa depan yang berlangsung minggu ini. “Tak ada yang salah dengan teori ini. Bisa saja benar, bisa saja salah,” kata Melosh memberi tanggapan.
Benar atau salah, yang jelas Aspaugh beranggapan, “Dua bulan itu memang ditakdirkan bertabrakan. Tak ada jalan keluar dari itu.” Bulan yang lebih besar memiliki gravitasi yang begitu kuat sehingga bulan yang lebih kecil tidak mampu melawan pengaruhnya. (NatureScience/icc.wp.com)
VIDEO:
ScienceCasts: Did Earth Have Two Moons?